Era informasi dijital saat ini membawa kita pada satu jaman
baru yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Privasi menjadi satu hal yang
penting namun seringkali diabaikan. Sering tidak disadari bahwa privasi dijital
sama pentingnya bahkan pada beberapa kasus bisa lebih penting daripada privasi
fisik. Pertanyaannya adalah kenapa hal ini seringkali diabaikan?
Jawabannya terletak pada kesiapan masyarakat dan kemajuan
teknologi itu sendiri. Kita, adalah salah satu pasar terbesar produk teknologi
di Asia. Bangsa kita terkenal sebagai bangsa konsumtif. Setiap keluar model
smartphone baru, setiap itu pula kita berjubel membeli. Salahkah? Tidak sih.
Setidaknya itu menunjukkan kalau bangsa kita adalah bangsa yang makmur. Hehe..
Tapi satu hal yang kita lupa, karena kita hanya berlaku
sebagai pembeli, sering kita tidak paham akan apa yang kita beli. Sekadar tahu
tanpa mengerti. Sekarang mungkin belum begitu terasa dampaknya, tapi lima
sepuluh tahun lagi? Pemikiran seperti ini akan berbahaya sekali.
 |
keamanan data
image credit: secure | | |
|
|
Let’s talk about smartphone. Sering saya katakan, kita,
tanpa kita sadari memperlakukan smartphone sebagai mainan biasa, padahal banyak
potensi yang bisa digali dari sana. Hingga tercetus ungkapan, “Smart device for
stupid people”. Keras memang, tapi benar.
Saat ini, smartphone bisa dikatakan sebagai gambaran
kehidupan seseorang. Mulai dari jadwal kegiatan, lingkar pertemanan, informasi
pribadi seperti email dan percakapan, akses file-file penting dan privat,
perilaku jelajah dunia maya, kepribadian seseorang, hampir semuanya bisa
didapatkan dari sebuah smartphone. Tapi seberapa sadarkah kita akan keamanan
smartphone kita?
Contoh sederhananya, apakah smartphone kita terkunci
menggunakan kode sandi? Apakah data-data kita aman? Salah satu fitur yang cukup
bagus pada sebuah smartphone adalah fitur data reset ketika pengguna salah
memasukkan kode sandi pada beberapa kali percobaan. Memang fitur ini berbahaya
kalau kita lupa kode sandi, tapi untuk keamanan data fitur ini cukup bagus. Pada
email ada fitur secondary email yang terhubung dengan email utama kita. Dengan
fitur ini, saat kehilangan smartphone kita masih tetap bisa mengganti kode
sandi secara remote.
Kemungkinan pelanggaran privasi yang sangat memungkinkan
selain pencurian perangkat adalah pencurian data melalui jaringan atau melalui
aplikasi tertentu. Pencurian data melalui jaringan ini memungkinkan terjadi
jika pengguna terhubung dengan jaringan publik seperti area hotspot bandara,
restoran, kampus, atau tempat lainya. Tapi tenang, tidak semua area hotspot
berbahaya, berbahayanya kalau ada orang usil saja. Hehe.. Meskipun begitu,
tetap sangat tidak disarankan untuk mengakses informasi sensitif seperti
internet banking dengan menggunakan koneksi hotspot gratisan. Pencegahannya
biasanya menggunakan firewall walaupun tidak selalu efektif. Pastikan juga
shared files kita dalam kondisi non aktif ketika berada pada jaringan publik.
Aplikasi. Nah ini yang mungkin seringkali terjadi. Karena
tergiur dengan aplikasi gratisan yang abal-abal, data kita yang jadi korban.
Walaupun market penyedia aplikasi seperti google play seringkali merazia
aplikasi tidak jelas yang seperti ini, tapi kemungkinan lolos screening tetap
ada. Aplikasi seperti ini terkadang disusupi virus atau malware dengan tujuan
beragam. So, hati-hati dalam mengunduh.
Sekali lagi, hanya karena di Indonesia kasus ini jarang
terjadi, bukan berarti kasus ini tidak ada. Beberapa pengguna di luar negeri
sempat heboh dengan ransomware yang menyandera data korban dengan tebusan
sejumlah uang tertentu. Hal yang jamak terjadi mungkin adalah adware yang
menyebarkan iklan-iklan menyebalkan setiap kita mengakses browser. Pembahasan
mengenai virus dan malware ini mungkin akan kita bahas di waktu lain.
Setidaknya kita tetap waspada akan keamanan data kita.
Mungkin ada beberapa yang masih bertanya, emang kenapa kalau
smartphone kita bisa diakses orang? Hmm.. dampaknya banyak ya sebenarnya.
Selain ransomware yang disebutkan tadi, invasi terhadap privasi bisa berakibat
fatal. Akses terhadap data perbankan, penyalahgunaan informasi penting seperti
foto atau daftar kontak yang bisa digunakan untuk penipuan. Penyalahgunaan
nomor handphone pengguna untuk kejahatan, atau akses terhadap email dan sosial
media.Semuanya berpotensi merugikan si pengguna smartphone tersebut. Hanya saja,
sekali lagi, meskipun kasus ini tidak terlalu heboh di Indonesia, bukan berarti
kita boleh lalai dengan privasi informasi pribadi kita. Kalau rumah saja
digembok, kendaraan dikunci, kenapa smartphone dan komputer kita tidak
dilindungi?