Kamis, 30 Juni 2016

Pentingkah Aman?

Era informasi dijital saat ini membawa kita pada satu jaman baru yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Privasi menjadi satu hal yang penting namun seringkali diabaikan. Sering tidak disadari bahwa privasi dijital sama pentingnya bahkan pada beberapa kasus bisa lebih penting daripada privasi fisik. Pertanyaannya adalah kenapa hal ini seringkali diabaikan?

Jawabannya terletak pada kesiapan masyarakat dan kemajuan teknologi itu sendiri. Kita, adalah salah satu pasar terbesar produk teknologi di Asia. Bangsa kita terkenal sebagai bangsa konsumtif. Setiap keluar model smartphone baru, setiap itu pula kita berjubel membeli. Salahkah? Tidak sih. Setidaknya itu menunjukkan kalau bangsa kita adalah bangsa yang makmur. Hehe..

Tapi satu hal yang kita lupa, karena kita hanya berlaku sebagai pembeli, sering kita tidak paham akan apa yang kita beli. Sekadar tahu tanpa mengerti. Sekarang mungkin belum begitu terasa dampaknya, tapi lima sepuluh tahun lagi? Pemikiran seperti ini akan berbahaya sekali.

keamanan data
image credit: secure


Let’s talk about smartphone. Sering saya katakan, kita, tanpa kita sadari memperlakukan smartphone sebagai mainan biasa, padahal banyak potensi yang bisa digali dari sana. Hingga tercetus ungkapan, “Smart device for stupid people”. Keras memang, tapi benar.

Saat ini, smartphone bisa dikatakan sebagai gambaran kehidupan seseorang. Mulai dari jadwal kegiatan, lingkar pertemanan, informasi pribadi seperti email dan percakapan, akses file-file penting dan privat, perilaku jelajah dunia maya, kepribadian seseorang, hampir semuanya bisa didapatkan dari sebuah smartphone. Tapi seberapa sadarkah kita akan keamanan smartphone kita?

Contoh sederhananya, apakah smartphone kita terkunci menggunakan kode sandi? Apakah data-data kita aman? Salah satu fitur yang cukup bagus pada sebuah smartphone adalah fitur data reset ketika pengguna salah memasukkan kode sandi pada beberapa kali percobaan. Memang fitur ini berbahaya kalau kita lupa kode sandi, tapi untuk keamanan data fitur ini cukup bagus. Pada email ada fitur secondary email yang terhubung dengan email utama kita. Dengan fitur ini, saat kehilangan smartphone kita masih tetap bisa mengganti kode sandi secara remote.

Kemungkinan pelanggaran privasi yang sangat memungkinkan selain pencurian perangkat adalah pencurian data melalui jaringan atau melalui aplikasi tertentu. Pencurian data melalui jaringan ini memungkinkan terjadi jika pengguna terhubung dengan jaringan publik seperti area hotspot bandara, restoran, kampus, atau tempat lainya. Tapi tenang, tidak semua area hotspot berbahaya, berbahayanya kalau ada orang usil saja. Hehe.. Meskipun begitu, tetap sangat tidak disarankan untuk mengakses informasi sensitif seperti internet banking dengan menggunakan koneksi hotspot gratisan. Pencegahannya biasanya menggunakan firewall walaupun tidak selalu efektif. Pastikan juga shared files kita dalam kondisi non aktif ketika berada pada jaringan publik.

Aplikasi. Nah ini yang mungkin seringkali terjadi. Karena tergiur dengan aplikasi gratisan yang abal-abal, data kita yang jadi korban. Walaupun market penyedia aplikasi seperti google play seringkali merazia aplikasi tidak jelas yang seperti ini, tapi kemungkinan lolos screening tetap ada. Aplikasi seperti ini terkadang disusupi virus atau malware dengan tujuan beragam. So, hati-hati dalam mengunduh.

Sekali lagi, hanya karena di Indonesia kasus ini jarang terjadi, bukan berarti kasus ini tidak ada. Beberapa pengguna di luar negeri sempat heboh dengan ransomware yang menyandera data korban dengan tebusan sejumlah uang tertentu. Hal yang jamak terjadi mungkin adalah adware yang menyebarkan iklan-iklan menyebalkan setiap kita mengakses browser. Pembahasan mengenai virus dan malware ini mungkin akan kita bahas di waktu lain. Setidaknya kita tetap waspada akan keamanan data kita.

Mungkin ada beberapa yang masih bertanya, emang kenapa kalau smartphone kita bisa diakses orang? Hmm.. dampaknya banyak ya sebenarnya. Selain ransomware yang disebutkan tadi, invasi terhadap privasi bisa berakibat fatal. Akses terhadap data perbankan, penyalahgunaan informasi penting seperti foto atau daftar kontak yang bisa digunakan untuk penipuan. Penyalahgunaan nomor handphone pengguna untuk kejahatan, atau akses terhadap email dan sosial media.Semuanya berpotensi merugikan si pengguna smartphone tersebut. Hanya saja, sekali lagi, meskipun kasus ini tidak terlalu heboh di Indonesia, bukan berarti kita boleh lalai dengan privasi informasi pribadi kita. Kalau rumah saja digembok, kendaraan dikunci, kenapa smartphone dan komputer kita tidak dilindungi?  

Popular Posts